Sepi itu katanya tidak ada suara. Aku tak jua percaya. Aku punya pendapat lain yang aku tuliskan saja, malas berbicara. Toh, sepi itu milik bersama dengan makna yang berbeda. Bisa jadi.
Sepi itu saat ini. Suara motor meraung-raung, lalu lalang obrolan pejalan, sirene penjual es krim, tawa-tawa dipinggir danau, bisa saja gabungan suara yang menyepikan. Hah? Bagaimana bisa?
Karena aku punya definisi lain tentang sepi. Sepi itu tempatnya di hati. Sepi itu bukan berada di ruang eksternal. Outside. Sepi milikku adalah internal dalam diriku. Inside.
Sepi itu suka-suka. Dalam memaknai maupun menjalani. Jika aku bilang sepi, jangan pikir sepi atas namamu. Saat aku membenci sepi, jangan mengira tentang sepimu. Mungkin saja sepi kita sama. Atau jauh berbeda.
Maka, jangan urus hidupku ketika aku menjamah sepi. Tolong diingat.
No comments:
Post a Comment