Friday, December 28, 2012

Your Call



Waiting for your call, common sick,common I'm angrycommon I'm desperate for your voiceListening to the song we used to singIn the car, do you rememberButterfly, Early SummerIt's playing on repeat, Just like when we would meetLike when we would meet


Cause I was born to tell you I love youAnd I am torn to do what I have to, to make you mineStay with me tonight


Stripped and pollished, I am new, I am freshI am feeling so ambitious, you and me, flesh to fleshCause every breath that you will takeWhen you are sitting next to meWill bring life into my deepest hopes, What's your fantasy?(What's your, what's your...)


I was born to tell you I love youAnd I am torn to do what I have to, to make you mineStay with me tonight


And I'm tired of being all alone, and this solitary moment makes me want to come back home
(I know everything you wanted isn't anything you have)


I was born to tell you I love youAnd I am torn to do what I have to, to make you mineStay with me tonight


(SecondHand Serenade, Your Call)


Tuesday, December 25, 2012

.


Is, ada apa denganmu akhir-akhir ini? Oh, bukan... sepanjang 2012 ini? Kamu begitu berubah. Dengan sangat menyesal saya harus mengatakan ini,  perubahan yang terjadi padamu bukanlah perubahan yang baik. Kamu menyadari itu kan? Saya tidak sedang menghakimimu, tapi itu yang terjadi.

Akan ada banyak pertanyaan yang terlontar dariku. Karena dirimu tak lagi menjelma jawaban, kamu kosong. Kemana semangatmu? Begitu banyak yang kamu lewatkan, begitu banyak yang terbuang, apakah kamu menyukai kesia-siaan sekarang?

Kamu kehilangan banyak mimpi, yang kamu impikan sekian lamanya, dan menggantinya dengan lagu-lagu duka. Bodoh. Apa yang kamu harapkan dari perjalanan picisanmu dengan segala tawa dan air mata kepura-puraan itu? Kamu kenapa?

So, selanjutnya kamu akan tetap seperti ini? Apa yang ingin kamu lakukan sekarang, meratapi semuanya dan kembali menyanyikan lagu duka? Ayolah Is... kembalilah pada dirimu yang dulu atau berubahlah menjadi lebih baik. Lupakan, oh, tinggalkan hal-hal yang tak berguna itu. 

Aku tahu kamu bisa. Yah, aku yakin itu. :)




Friday, December 21, 2012

4


Benci saya saja. 
Tolong benci saya sebenci-bencinya. Sebisa yang kamu lakukan.

Benci saya saja. 
Saya mohon. Sudah sepantasnya itu yang saya dapatkan.

Benci saya saja.
Saya tidak bisa menjadi seorang teman yang baik.

Benci saya saja. 
Mungkin iitu adalah yang terbaik.



Friday, December 14, 2012

Di Dunia Maya



Tidak ada yang benar-benar nyata. Status-status yang saya buat, mungkin, ada yang langsung menggambarkan kalo itu real diri saya. Perasaan saya. Huh.

Let me laugh. Loudly. :D

Di dunia nyata, itulah saya. Inilah perasaan saya sesungguhnya. 

Pada akhirnya, saya mulai berpikir untuk tak lagi 'sok heboh' di dunia maya. Mematikan Autumn.

Mungkin nanti. 

Ketika Aisyah Istiqomah Marsyah sudah menerima dunia nyata sebagai bagian dari dirinya.

Ambigu lagi. :(



Friday, December 07, 2012

Takut



Takut saat

dan 

setelah.


Mencintai atau dicintai.



Tuesday, December 04, 2012

Mencintai Dalam Diam




Aku mencintaimu dalam diam.
Karena hanya ada ruang hampa yang mampu
menampung tawa dan air mata milikku,
karenamu.


Aku mencintaimu dalam diam.
bahkan semua mimpiku adalah kamu.
Yang hidup tanpa kata,
tanpa suara.


Aku mencintaimu dalam diam.
Dan kediaman yang kurasakan.
Apakah itu sakit, 
apakah itu pahit,
apakah itu sulit,


tetap saja itu cinta. 
Milikmu.


Dalam diam, cinta itu bersuara.
Berkilau.



at my green room, 03 Desember 2012


Monday, November 19, 2012

Galauers


Melihat gaya mereka.

Melihat diri saya,


Lalu saya tahu apa itu PERUBAHAN.


^_^


 

Sunday, November 18, 2012

Tidak Bisa



Ada yang ingin membenciku, tapi tidak bisa

Ada yang mencoba mencintaiku, tapi tidak bisa

Ada yang belajar menjauhiku, tapi tidak bisa

Ada yang berharap mendekatiku, tapi tidak bisa


Ada apa dengan mereka? Aku tidak bisa.




Tuesday, November 13, 2012

Selamat Tinggal

M: Hei!
Y: Kamu menyapaku sekarang dan sebentar lagi kau akan mengucapkan selamat tinggal. Mudah yah?

M: Aku tak pernah memulai. Segalanya (sejak dulu) kamu yang memulai. Aku hanya ingin mengakhiri. Sulit.
Y: Sekarang kamu menyalahkanku?

M: Tidak. Sekarang mari kita bermain 'ingat-ingatan' saja, masih ada lima menit. Baiklah, biarkan kali ini saya yang memulai. Ingatkah kamu pernah berjanji untuk menjagaku dari segala arah, tapi pada akhirnya kamu meninggalkanku?
Y: Hei, itu keada-

M: Kita hanya bermain, tidak mengklarifikasi. Sekarang bukan waktunya. Giliranmu.
Y: Aku tak mau bermain.

M: Ingatkah kamu, ketika kamu menjodohkanku dengan seseorang padahal kamu tahu kamulah yang aku suka? Masih ingat wajahku saat itu? Ingatkah kamu, semua ucapanku bahwa aku memilihmu dan kamu memilihnya? Ingatkah kamu, ketika kamu membagi-bagi perhatianmu dan kamu mengatakan kamu mencintaiku? Ingatkah kamu-
Y: Hentikan! Berhentilah... jangan menangis.

M: Iya. Waktu telah habis. Saya tak pernah merencanakan ini. Toh, saya tak pernah berjanji bukan?
Y: Jangan pergi. Aku mengingat semuanya. Aku ingat, dan jangan biarkan aku juga mengingat bahwa aku pernah melepaskanmu. Melihatmu pergi dariku. Aku mohon.

M: Lihatlah, bukankah kamu baru saja ingin memulai kembali. Maaf, aku tak bisa. Biarkan aku mengakhiri. Aku mohon.
Y:  Dengan cara?

M: Selamat tinggal. Hanya terima saja kata itu dan kembalilah padanya. Jangan bicara sepatah kata pun. Beginilah caraku mengakhiri. Selamat tinggal.
Y: -


*Percakapan yang ditelan udara, sebab wujud hanyalah bayang-bayang.


Tuesday, November 06, 2012

Trust



Tidak seperti itu teman... jika kamu ingin menaklukan sesuatu atas nama kebanggaan, maka bersiaplah kamu akan ditaklukan atas nama penyesalan. 


(Sadarlah, I trust you so deep) 


 

Doa [Lagi]



Sesungguhnya diri kita adalah kumpulan doa-doa. 

Dari yang tersampaikan ataupun diam-diam. :) 



Monday, November 05, 2012

Nanti



Kamu akan melupakanku
Seperti dedaunan gugur
Dan kamu tumbuh tinggi sendiri

Ya, serupa itulah aku mengenalmu







1.30




Membunuh Rindu

Ada kerinduan yang ingin kubunuh
Lalu kukubur bersama luka darimu
Tapi setiap kali kunisani kenangan
Melati tumbuh subur mewangikan perjumpaan

Ooh Kamu
Tidak bisakah membawa racun untukku
Agar bisa kumatikan segala tentangmu





Pelangi Buta Warna



Warna warni kata berbalut makna
Janji janji basa basi
Basi rasa basi rupa
Basi hatimu karena puji




 

Aku Cemburu



Dan kuingin kau tahu
Lalu
Bisakah kau tinggalkan dia demiku
Nyatanya tidak
Kau biarkan cemburu ini menajam
Merajang rindu dan harapan





Sunday, November 04, 2012

Somewhere I Belong



I wanna heal
I wanna feel
What I thought was never real
I want to let go of the pain I felt so long
Erase all the pain til its gone
I wanna heal
I wanna feel
Like I'm close to something real
I want to find something I've wanted all along
Somewhere I belong


(Somewhere I belong, Linkin Park)



Friday, November 02, 2012

#20 Copas



Di dunia ini banyak sekali orang yang merasa dirinya berjodoh dengan seseorang.





#19 Copas



“Ketika seseorang mencintai kamu, cara mereka menyebut namamu akan berbeda…”
 
 



#18 Copas



Pikiran adalah mesin waktu paling canggih, saat melesat puluhan tahun dalam hitungan sekian mikro detik. Membawa serta perasaan-perasaan secara utuh.





#17 Copas



“Jika jarak dan waktu adalah puasa, maka pertemuan denganmu adalah hari raya.”


 (gadissenja, via ciul, Masgun)



#16 Copas



“Semoga Tuhan tidak hanya mempertemukan, namun juga menyatukan.”


( gadissenja, Masgun)



#15 Copas



“Perempuan mungkin cukup berpikir dua atau tiga kali untuk menjawab, tapi bagi laki-laki terkadang perlu 100 kali berpikir untuk sekedar memulai pertanyaan.”


(Masgun)



#14 Copas



Akan ada bulan di mana hujan adalah pengganti matahari sepanjang waktu, dimana bintang muncul dini hari, dimana ketika banyak manusia teringat kembali masa lalunya.






#13 Copas



“Beberapa orang memilih “diam” untuk menyampaikan ceritanya dan hanya Tuhan yang dapat mendengarkan.”


(Masgun)


 

#12 Copas



Ketika seseorang merasa benar, ia lupa mencari tahu, benar itu menurut siapa, manusia atau Tuhan?




#11 Copas



Kelak lingkaranmu akan semakin sempit, tapi justru semakin dalam. 

Iya, teman itu bukan seberapa banyak yang kamu miliki, tapi seberapa dalam :)





#10 Copas



Beberapa orang di muka bumi ini berjodoh dalam mimpi.





#9 Copas



Kadang ada cerita yang disampaikan dalam diam, hanya akan dimengerti beberapa orang.





#8 Copas



Manusia saat ini, hidup dalam banyak prasangka, lelah dirinya karena hidup dalam pikirannya sendiri.





#7 Copas



Hal paling romantis terjadi ketika kita tidak ikut campur sama sekali dalam rencana Tuhan.





#6 Copas



“Aku mencintainya dan dia tidak perlu tahu”

“Aku yakin, pada masanya. Tuhan sendiri yang akan memberitahu dan kami dengan sendirinya akan mendekat, bersabarlah untuk waktu itu kawan, bersabarlah.”


My Favorit ^^





#5 Copas



Sebuah jarak seringkali dijadikan alasan untuk beberapa hati. Termasuk hati-hati dalam sebuah keluarga. Padahal, pautan hati tak akan bergantung banyak pada sebuah alasan yang bernama jarak.
Jauh ataupun dekat pun akan tetap bernama jarak.





#4 Copas



Anak laki-laki itu meskipun terlihat tegar, tapi sebenarnya gampang merasa kesepian dan rapuh hatinya suatu waktu.(Kuncir Kecil, 2011 )






#3 Copas



Bisa saja yang menjadi pendamping kita itu tidak seseorang yang terbaik, menurut keterbatasan dan penilaian kita tentunya. 
Tapi mungkin ini bisa jadi suatu masukan. Bukankah banyak di alam ini yang belum kita ketahui manfaatnya? Bukankah yang terbaik itu menjadi rahasia Sang Pencipta kita? 
Seringkali kita tidak menyukai sesuatu tapi ternyata itulah yang paling kita butuhkan saat ini
.




#2 Copas



“Bagaimana perasaan bisa menentukan keniscayaan sebuah urusan hati?”, aku bertanya kembali.

“Entahlah Kawan, mungkin karena aku ini perempuan.”



 

#1 Copas



Pertemanan yang baik, sebaik apapun, tetaplah teman …




Copas Masgun

 

Postingan saya selanjutnya adalah Copas dari potongan tulisan Masgun, saya suka sekali dengan tulisan-tulisan beliau.
Semoga Masgun tidak marah. Saya belum ada keberanian untuk meminta izin. :)


Tuesday, October 30, 2012

Capek



Capek sekali. Sudahmi deh. Tidak mauka coba-coba lagi. Kutauji apa maksudnya. Siapa yang dipilihnya. Bagaimana akhirnya. Capek ah. Capek. Tapi tetapji kutemani dirinya. Dalam batas-batas yang kubuat. Batas normal. November. Mauka refresh. Hilangkan capek.


 Oktober bikin capek!



Friday, October 26, 2012

Aku Mencintai Kamu



Kata Bapak pada Ibu, "Ah, Lia makananmu terlalu asin. Kemarin, kemanisan. Esok, kamu mau taruh rasa apa lagi di lidahku?"

*

Kata Aku pada Ibu, "Bapak kenapa, Bu?"

*

Kata Aku pada Bapak, "Kenapa dengan ibu, Pak?

*

Kata Ibu pada Aku, "Bapakmu mencintai ibu."

*

Kata Bapak pada Aku, "Ibumu mencintai bapak."

*

Aku berkata pada diriku, "Aku mencintai kalian."





Tiga Lelaki Saja



Bapak.

Pak.

Kamu.


(Tidak sedang me-list)


Aku Ciptakan Ombak



Aku ciptakan ombak, kamu jangan marah yah...

Marah pun tak apa. Tapi riak saja. 

Marah yang banyak. Berarti riak yang besar.

Lalu, menjadi ombak. 

Kamu menciptakan ombak, aku takkan marah kok...


Laut kita tak tenang. 

Ombakku,

ombakmu,

Ah, aku tak mengerti.


Menggulung-gulung. Aku bingung.



Tuesday, October 23, 2012

Pada Nama dan Dirimu



Mengapa kutemukan banyak kata setelah membaca namamu?


Mengapa kutemukan hanya satu rasa setelah membaca dirimu?



Lebay



: Hai, maaf... aku hanya main-main.

(menatap)

: Tapi cintaku tidak pernah main-main.

(berpaling)


#hahaha, gombalisme beraksi 




Penabung Rindu




Teman, mari berpuisi

Kamu akan mendengarkan lenguhan panjang dari perut bumi
Yang dilukai jiwanya suri. Yang melukai jiwanya mati.


(Menabung rindu pada Rabu)





Bumi Kita?



Aku ingin berpuisi lagi denganmu. Dengan segala keanehan yg terjadi di bumi kita. hahaha, bumi kita?


(WS, Semangat pagi teman.)

 

Bukan Puisi yang Dipuisikan



Ada yang hilang, iya?

Iya.

Sama. :)

Kita bicara pakai bahasa apa ini?

Hahaha


(WS, 21/10/12)




Kita Berpuisi



Malam itu kita berpuisi. Kita berpuisi. Kita berpuisi. 


(WS, 21-10-12)


Monday, October 22, 2012

Batu Keanehan



Terbuat dari gumpalan-gumpalan tanya. Yang mengeraskannya adalah waktu.


Tak lagi jadi batu,

Jika ada keberanian menjawab.

Tak lagi jadi aneh,

Jika ada keikhlasan menerima jawaban.

Takkan ada batu keanehan,

Jika kamu dan aku tak saling mengenal. Tak pernah bertemu.


Tapi,

Batu keanehan akan selalu ada. Selama kita bergantung pada waktu.


Esok,

Ketika kamu dapati batu keanehan menghilang dari sisimu. Pastikan aku menjelma kenangan. Karena harus ada yang membuka jalan, untuk ketenangan yang tak tenang.




(Untuk yang tersandung berkali-kali. Dan yang terluka banyak kali.) ^^v




Sunday, October 21, 2012

Sajak Musim Gugur



Malam-malam berguguran...
Kenangan berguguran...
Hanya sajak ini yang tumbuh


Kau selalu berdiri, ketika matahri mengoyak langit
Ketika panas, mengoyak-ngoyak hidup!


Kau pernah ajak aku berjalan
Melalui pagi dan senja, berbasah hujan
Melalui kali. Luka dan suka mengalir di sana
Tanpa jeda


Bertahan! Kau harus bertahan...
Jangan gugur sebelum musim dingin tiba
Ini kuberikan nafasku!




(Ibuk, Iwan Setyawan. Puisi Bayek untuk sang Ayah yang sedang sakit parah. Touching.)


Dalam Genggamanmu, Ibuk



Buku baru. Sepatu baru. Sekolah baru.
Untuk anak-anakmu
Agar mereka merekah


Kau bangun jembatan agar mereka tak melalui kali yang keruh
Kau gendong jiwa mereka agar selalu hangat
Kau nyalakan lentera hati mereka...


Malam minggu kemarin. Kau tak hanya berjanji.
Kau berikan nafasmu
Kau genggam anak-anakmu. Kau genggam erat.
Di tanganmu yang halus, kau pastikan
Mereka tidak terjatuh...


(Ibuk, Iwan Setyawan)



Saturday, October 20, 2012

Khan



Kamu membacanya? Apa yang kamu baca? Kamu yakin itu? 


Ah, kamu lucu.



Friday, October 19, 2012

Oktober



Hambar. Aku merasakan sesuatu yang mengambang. 

Aku melewatinya saja. Aku tinggalkan saja.






Aneh Yang Membingungkan



Gelas tanpa air
berembun hanya memburamkan gelas
Menghempaskan pecahan oksigen
tik tik tik tetesan air menyisakan bekas

Sulit tertangkap olehnya si penangkap
si penangkap seakan melihat dari dalam gelas
buram semua buram tak menentu
apakah itu benar? baik? tepat? cocok?

Hmmm... taman terlihat mekar bersama makhluknya
kupukupu berwarna warni
tak ada lensa yang tepat di sini
sekali lagi hanya buramnya gelas yang menjadi alas pandangan
tapi makhluk taman sangat menerima kehadiran si penangkap berlensa gelas

Terlihat kacau rentetan kata kata
ya ya ya, sama sekali menggambarkan aneh yang membingungkan
analogi yang buruk tak cukup menggambarkan apa yang salah
terus...?

Ketika mata bersetubuh dengan lensa teropong bintang
aturlah seluruh energi kearah niat
itu dia... jawaban atas aneh yang membingungkan...



(Karya teman sekaligus eks-sekertaris saya, Firman Butros Galih)^^v



Wednesday, October 17, 2012

Begin Again



Menyederhanakan pertemanan. Meminimalisir kehilangan.



(Inspirasi saat sedang menyapu, nggak nyambung banget. Hehe)




Tuesday, October 16, 2012

Malam Ini Damai



Bunga-bunga api berterbangan,

Aku tak melihatnya,

Tapi merasakannya,

Karena panasnya dalam derajat normal-menghangatkan,

Ah, malam ini damai. 


"Senang bisa berkenalan denganmu, teman."



(To my special new friend Melati Khan Dini)



Monday, October 15, 2012

Rindu yang Hebat




Rindu yang hebat itu...

Saat tangan ingin menguasai kaki, lalu kaki menjajah kepala, kepala menikam perut, perut melukai hati, hati melompat kabur melarikan diri.


Rindu yang hebat itu...

Mengacaukan.  


Rindu yang hebat itu...

Langka.


Rindu yang hebat itu...

Hanya boleh untuk orang yang tepat.



(Sesuatu banget ini tulisan :P)




Saturday, October 13, 2012

Revenge




Dan saya terbunuh dua kali. Menyakitkan.



Friday, October 12, 2012

Setelah Ada Kamu



Setelah ada kamu. Aku seperti ini.



Sebelum Ada Kamu



Sebelum ada kamu. Aku tidak seperti ini.


Kami Bertiga




Dalam kamar ini kami bertiga :
Aku, pisau dan kata –
kalian tahu, pisau barulah pisau kalau ada darah di matanya
tak peduli darahku atau darah kata


(Kami Bertiga,  Sapardi Djoko Damono)



Hatiku Selembar Daun




Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput;
nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput;
sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.


(Hatiku Selembar Daun, Sapardi Djoko Damono)



Berjalan Ke Barat Waktu Pagi Hari



Waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan


(Berjalan Ke Barat Waktu Pagi Hari, Sapardi Djoko Damono)

Aku Ingin



Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

 
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


(Aku Ingin, Sapardi Djoko Damono)

Making Love Out Ot Nothing At All



...

But I don’t know how to leave you
And I’ll never let you fall
And I don’t know how you do it
Making love Out nothing at all

...

Every time I see you all the rays of the sun are
Streaming through the waves in your hair
And every star in the sky is taking aim at your eyes
Like a spotlight

The beating of my hearth is a drum and it’s lost
And it’s looking for a rhythm like you
You can take the darkness from the pit of the night
And turn into a beacon burning endlessly bright

I’ve gotta follow it ‘cause everything I know
Well it’s nothing till I give it to you

...

 But I’m never gonna make it without you
Do you really wanna see me crawl
And I’m never gonna make it like you do
Making love out of nothing at all


(Making Love Out of Nothing at All, Air Supply)

 
 


Nocturno



Kubiarkan cahaya bintang memilikimu
kubiarkan angin yang pucat
dan tak habis-habisnya gelisah
tiba-tiba menjelma isyarat merebutmu
entah kapankah bisa kutangkap…


(Nocturno, Sapardi Djoko Damono)


Pada Suatu Hari Nanti



Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri


Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati


Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari


(Pada Suatu Hari Nanti, Sapardi Djoko Damono)




Hujan Bulan Juni




Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

 
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

 
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu    


                     
1989
(Hujan Bulan Juni , Sapardi Djoko Damono)



Abu



Sebelum menjadi abu.

 Aku adalah arang yang mencoreng sendiri wajahku. 

Lalu aku bakar kembali diriku. 

Aku adalah abu.

Aku adalah abu.

Aku adalah abu.




Ibu Oh Ibu



Ibu, janganlah telingamu menua lebih dulu. 

Ada yang ingin aku utarakan padamu.

Perihal cinta-mencintai. 

Karena, aku menemukan ayah untuk anakku. Kelak.



Ibu, jangan pula lidahmu kaku lebih dulu.

Ada wejangan yang kutunggu.

Perihal kasih-mengasihi.

Karena, ingin kupersembahkan cucu untukmu. Kelak.



Ibu oh ibu, mengapa jasadmu lebih dulu kaku?

Kepada siapa aku mengadu?




Aku Ingin Tersesat



Ibu, kerut wajahmu adalah peta yang membuatku tersesat. 

Aku menyukainya sangat.

Ingat.



Thursday, October 11, 2012

Semoga Kalian Temukan Ini



Maaf Kak Ira

Maaf Galih

Maaf semuanya yang merasa terabaikan oleh saya.

Tidak ada maksud saya membuat situasi dan kondisi yang menjadikan kalian bertanya-tanya, walau tanpa sadar, itu terjadi begitu saja. Kemarin adalah hari terberat untuk saya. Kritikan seseorang seperti pukulan keras yang meninggalkan lebam dan luka menganga di hati saya. Kritikan yang membuat saya sangat marah. Karena apa yang orang itu katakan benar adanya. Semua benar. Itulah yang membuat saya ingin mundur sejenak. Apa itu? Maaf, saya tidak bisa menceritakannya.

Saya tahu kalian akan marah, dan memang sudah sepatutnya itu terjadi. Saya juga bingung dengan keadaan saya sekarang. Saya merasa harus ada yang saya perbaiki, tapi apa, dimulai dari mana, kenapa, bagaimana, pertanyaan itu berputar-putar tanpa jawaban. Akhirnya, seperti inilah yang terjadi. Saya membodohkan diri. Menenggelamkan diri dalam sepi dan sendiri. 

Maaf nah, maaf sekali teman. :(

Saya bukan orang yang terbuka. Mungkin banyak hal-hal yang saya ceritakan pada kalian. Namun, lebih banyak lagi hal-hal yang saya simpan sendiri. Sehingga dengan sangat-sangat sadar saya katakan, saya bukan seorang teman yang asyik. Saya sangat menjengkelkan bukan?

Sekarang, saya butuh waktu... untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini. 

Maafkan saya. 

Semoga Allah memudahkan ini untuk saya.





Hari-Hari Tanpa Hari



Aku ingin melupakan Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu, untuk melupakan janji-janji yang tidak bisa aku tunaikan.



Sinar [2]



 Pisau kuning keemasan itu melebur menjadi sinar kembali. Tertarik pulang pada jalan kedatangannya, lurus menuju kembali lubang di triplek kamar. Perlahan-lahan. Dengan samar aku memperhatikannya hingga tidak ada lagi sinar tersisa. 

Yah, aku masih berbaring. Memegang mata kiriku, tidak ada darah. Mata kananku, kering tak ada air mata. Kini aku sangat berkeinginan untuk bangkit dan pergi. Entah kemana. Belum ada lima menit sinar itu pergi, aku merindunya. 

Ada yang aku sesalkan tadi, mengapa tak kugunakan pisau kuning keemasan itu untuk menusuk jantungku. Menghentikan detakan yang merusak sepiku. Menghentikan detakan yang tidak beraturan, mengganggu kesunyianku. 

Mungkin kematianku akan menjadi berita terhebat seantero jagad raya, wanita muda yang membunuh dirinya dengan pisau yang terbuat dari sinar.

Mungkin saja, darahku berwarna kuning keemasan. Jasadku akan bercahaya. Dan bintang-bintang malam mengajakku menjadi temannya. Atau lampu-lampu jalan, kunang-kunang, iri padaku yang lebih bercahaya. 

Hahaha, ah...aku tak tidur. Tapi aku nekat bermimpi. Kematianku hanya akan menjadi seremoni lepasnya ruh dari raga. Tidak ada cahaya. Tidak ada sinar.

Dari sepi kembali sepi.

Aku tahu sekarang kemana aku harus pergi.

Di sebelah kamarku, adalah dapur tempat ibu menghabiskan hampir separuh waktunya di sana. Pernah aku melihat sebuah pisau. Meski berkarat, tak mengapa, toh apa bedanya jantung dengan daging sapi yang masih bisa terpotong kecil-kecil.

Pisau berkarat?

Aku lega tahu apa yang harus aku lakukan.

Aku sudah turun dari ranjang, di ambang pintu aku masih saja berharap, sinar itu datang kembali dan menjelma pisau kuning keemasan.

Tapi itu tak mungkin. Di luar sudah sangat gelap. Dan hanya ada pisau berkarat. Untuk mengembalikan sepi pada sepi. Gelap untuk gelap. Damai ke damai yang selalu kunantikan.


Saat pisau berkarat itu menembus jantungku, maka cerita ini tamat. Tanpa sinar.




Tidak Mengerti Ini



Kita bukanlah dua orang asing, kita sudah saling mengenal sejak zaman dahulu kala, hanya saja kita belum pernah bertemu :-) 


(Copas dari tweet kak Redra Agatossi)


 

Mungkin



Suatu nanti, aku mungkin hanyalah kenangan di ingatanmu dan saat ini aku hanya butuh melakukan yang terbaik agar menjadi seseorang yang baik.


(Copas dr Tweet Kak Redra Agatossi)