Aku sedang berbaring ketika seberkas sinar menerobos triplek bocor, menyorot lurus tepat ke arah mataku. Apa yang dibawa sinar itu? Mengapa aku menangis, hatiku bergetar, lalu sinar itu menjelma pisau kuning keemasan. Menusuk mataku. Kiri saja. Lalu darah mengucur deras sekali. Mata kananku juga mengalirkan banyak sekali air mata.
Sinar itu, ah bukan, pisau itu menusuk tanpa henti. Aku punya kekuatan untuk bangkit, tapi anehya aku tidak memiliki keinginan itu. Aku masih berbaring. Dengan dua sungai di pipiku. Kubiarkan saja.
Sakitkah? Sangat!
Tiba-tiba...
No comments:
Post a Comment