Bocah 4 SD berlari-lari mengelilingi lapangan, sudah 3 putaran, peluh-peluh berjatuhan. Dari pinggir lapangan, Lelaki paruh baya memegang rotan. Ototnya mengencang. Matanya menajam.
"Rio kenapa, pak?"
"Ibu lihat sendiri di papan tulis apa yang sudah anak itu tulis. Benar-benar lancang." Kumisnya bergoyang. Marahnya tertahan.
Suara sepatu kembali mendekat. "Saya hanya menemukan sebait puisi, apanya yang lancang?"
Rio tumbang. Teriakan tertelan.
***
Hari senin kemarin,
Pak Kumis mengenalkan rotannya di tanganku
garis-garis merah, aku suka
Mungkin besok,
seluruh tubuhku akan menjadi sahabat rotannya.
Karena aku gagu.
***
Sudut pandangnya ngena' skali de... :)
ReplyDeleteHanya mencoba memahami saja kok kak... :)
Delete